Langsung ke konten utama

Unggulan

KAMPUNG ILMU : PUSAT BUKU BUKU SURABAYA

Kampung Ilmu Surabaya adalah sebuah kawasan di Jalan Semarang, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur, yang dihuni oleh para pedagang buku. Kampung ini telah menjadi salah satu destinasi wisata edukasi yang populer di Surabaya. Kampung Ilmu Surabaya didirikan pada tahun 2008 oleh para pedagang buku bekas yang ingin menyediakan tempat yang nyaman dan terjangkau bagi masyarakat untuk membeli buku. Kampung ini dihuni oleh sekitar 50 pedagang buku yang menjual berbagai macam buku, mulai dari buku pelajaran, buku fiksi, hingga buku non-fiksi. Kampung Ilmu Surabaya buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Pengunjung dapat membeli buku secara langsung di kios-kios pedagang buku yang ada di Kampung Ilmu Surabaya. Selain itu, terdapat juga beberapa kafe dan tempat makan di Kampung Ilmu Surabaya yang dapat dikunjungi oleh para pengunjung. Berikut adalah beberapa informasi mengenai Kampung Ilmu Surabaya: Lokasi:  Jalan Semarang, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur J...

Kampung batik jetis sidoarjo






Sidoarjo – Indonesia, suatu Negara yang penuh dengan keanekaan dan kearifan budaya, salah satunya adalah batik. Hampir setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri khas batik tersendiri. Salah satunya adalah batik tulis asal Sidoarjo, Jawa Timur. Motif-motif flora dan fauna adalah ciri khas dari batik tulis itu sendiri. Ada 20 pengrajin batik di Sidoarjo, 15 di antaranya di kampung jetis, yang 5 tersebar di kecamatan kabupaten Sidoarjo. Kampung batik jetis sendiri adalah salah satu kampung yang paling legendaris dan terkenal tentang batik tulisnya. Kampung batik jetis ini sudah ada sejak  tahun 1675. Sejarah dari kampung batik jetis ini berawal dari Mbah Mulyadi yang konon beliau  adalah seorang pendatang dari kerabat dari sebuah kerajaan Kediri.
Di kampung jetis sendiri Mbah Mulyadi di kenal sebagai sesosok yang religious, mengajarkan masyarakat jetis sholat berjamaah, membaca al-qur’an, juga mengajarkan cara membatik. Pada tahun 1674  Mbah Mulyadi mendirikan masjid di kampung jetis, masjid itu bernama Masjid Jamik Al-Abror. Masyarakat kampung jetis pun mulai aktif menjalankan ibadah di masjid. Keaktifan masyarakat dan pendekatan masyarakat kepada  Mbah Mulyadi pun menjadikan beberapa perkumpulan seperti perkumpulan pengajian, perdagangan dan membuat batik.



Ciri khas dari batik kampung jetis ini bias dilihat dari warna yang tidak mencolok, motif-motif yang condong ke flora dan fauna, ornament terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan hewan dan selalu identik dengan Madura. Yang mana sebelum bumingnya batik, batik jetis itu konsumennya orang Madura, batik jetis sendiri terjual di beberapa kota-kota besar di Indonesia. Jika kalian berpergian di daerah pesisir seperti Surabaya, Gresik Lamongan, Tuban dan Madura kalian bisa menemui batik-batik tersebut. Perkembangan demi perkembangan motif batik tulis tersebut selalu di kembangkan demi memenuhi konsumen dan meningkatkan  produk batik yang lebih beragam.




Tak hanya membuat dan menjual, warga kampung batik juga membuat kelas membatik salah satunya ada di “Amri Jaya”. “Tujuan membuat kelas batik agar masyarakat yang ingin belajar membatik bisa lebih mengenal dan mencintai batik. Karena ini adalah salah satu budaya dari nenek moyang kita yang harus di jaga dan lestarikan” Ujar Amri. Di hari liburan sekolah tempat atau kampung jetis juga pun terkadang ada kunjungan dari sekolah-sekolah untuk belajar membatik. Selain masyarakat asli Sidoarjo dan sekitarnya adapun beberapa warga Negara lain seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand


Penulis : Richo Alfianto

Komentar

Postingan Populer