Langsung ke konten utama

Unggulan

KAMPUNG ILMU : PUSAT BUKU BUKU SURABAYA

Kampung Ilmu Surabaya adalah sebuah kawasan di Jalan Semarang, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur, yang dihuni oleh para pedagang buku. Kampung ini telah menjadi salah satu destinasi wisata edukasi yang populer di Surabaya. Kampung Ilmu Surabaya didirikan pada tahun 2008 oleh para pedagang buku bekas yang ingin menyediakan tempat yang nyaman dan terjangkau bagi masyarakat untuk membeli buku. Kampung ini dihuni oleh sekitar 50 pedagang buku yang menjual berbagai macam buku, mulai dari buku pelajaran, buku fiksi, hingga buku non-fiksi. Kampung Ilmu Surabaya buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Pengunjung dapat membeli buku secara langsung di kios-kios pedagang buku yang ada di Kampung Ilmu Surabaya. Selain itu, terdapat juga beberapa kafe dan tempat makan di Kampung Ilmu Surabaya yang dapat dikunjungi oleh para pengunjung. Berikut adalah beberapa informasi mengenai Kampung Ilmu Surabaya: Lokasi:  Jalan Semarang, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur J...

Mengenal Sejarah Akulturasi Budaya Dan Agama Di Makam Troloyo Mojokerto






Mojokerto - Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman Budaya dan Agama , Negara kita selalu menoleransi antar umat beragama, Seperti yang kita ketahui di Makam Troloyo ini, menurut sejarahnya pada saat zaman Kerajaan Majapahit yang rata-rata Agamanya Hindu dan Budha, ajaran Agama Islam sudah masuk melalui jalur perdagangan, nah pada saat itulah Akulturasi terbentuk.

Menurut Arifin”, Petugas Makam disana ,Sejarah makam Troloyo ini, kata “Troloyo” berasal dari kata Tralaya yang artinya “Tra” adalah Tanah yang lapang dan “Laya” adalah pati jadi bisa disimpulkan bahwa Makam Troloyo ini dikhususkan sebagai Tanah untuk mengubur orang yang mati dan, disana ada makam seorang sesepuh daripada Wali Songo yang datang dari Negeri Samarqand, kota tersebut merupakan kota tertua di Uzbekistan yang terkenal dalam keislaman masa lalu, karena menjadi tempat penyebaran agama Islam khususnya ke negara-negara Asia, dengan datang ke Pulau Jawa khususnya di kerajaan Majapahit , beliau menyebarkan agama Islam dengan cara berdagang sambil berdakwah, beliau juga merupakan kakek daripada Sunan Ampel, beliau merupakan Tokoh yang kedua di tanah Jawa, yang pertama Siti Maimunah binti Maimun yang ada di Gresik yang kedua Syekh Said Jumadil Kubro, beliau merupakan Tokoh Besar sosok yang sopan santun,arif dan bijaksana jadi sampai sekarang perilaku beliau masih dipelihara oleh Masyarakat disana, terutama mengenang wafatnya beliau pada saat tanggal 14 sampai 15 Suro, “ terangnya.

Menurut Pendapat Ahmad Ahun”, Penjaga makam disana bentuk acara memperingati wafat Syekh Jumadil Kubro adalah pagelaran Seni Hadrah dilaksanakan tanggal 14 suro, Seni Hadrah merupakan Seni Rebana salah satu kesenian Memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam  kemudian malamnya ada undangan sebagian dari kota jawa timur, Hari kedua dilaksanakan serangkaian acara Khotmil Qur’an, Istighotsah dan Pengajian umum,lalu Pada saat Jumat Legi pengunjung yang datang bisa mencapai 4000-5000 orang baik itu perorangan dan rombongan itulah acara dan budaya rutin yang diselenggarakan,dipelihara Setiap Tahun,” pungkasnya.

Dengan adanya makam Troloyo ini Perekonomian masyarakat di sekitar terangkat, yang dulunya sebagai Petani dan Pembuat Bata Merah kini meninggalkan pekerjaan tersebut dan beralih ke Berdagang dan menawarkan jasa Ojek motor dan Angkutan umum.


Abdul Menerangkan”, Seorang Ustadz disana, Perjalanan dakwah Syeikh Jumadil Kubro berakhir di Trowulan, Mojokerto, beliau wafat tahun 1376 M, 15 Muharram 797 H, beliau diperkirakan hidup diantara dua Raja Majapahit yaitu awal Raja Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan pertengahan Prabu Hayam Wuruk. Berawal dari usul yang diajukan Syeikh Jumadil Kubro kepada penguasa Islam di Turki, untuk menyebarkan Agama Islam di wilayah Kerajaan Majapahit, karena pada saat itu wilayah Majapahit sangat kuat Agama Hindunya disamping keyakinan masyarakat pada arwah leluhur dan benda-benda suci, Sehingga keberadaanya di tanah  Majapahit hingga ajal menjelang menunjukkan perjuangan Syekh Jumadil Kubro untuk menegakkan Agama Islam melawan penguasa Majapahit sangatlah besar. Itulah mengapa Makam Syeikh Jumadil Kubro berada di antara beberapa pejabat kerajaan Majapahit diantaranya adalah makam Tumenggung Satim Singgomoyo, Anjasmoro, Sunana Ngudung , dan beberapa patih serta senopati yang dimakamkan bersamanya, karena beliau berdakwah pelan tapi pasti, menjadikan beliau amat disegani.


Bentuk makam Troloyo sendiri, di nisan nisannya terdapat tulisan Ayat suci Al-Qur’an. Yang pertama ada Petilasan Wali Songo konon katanya disitu tempat Pengislaman Raja Majapahit yang terakhir oleh para Wali sembilan, tapi bukan Wali Songo yang periode terakhir,tapi wali sembilan yang jajaranya sama dengan Syaikh Jumadil Kubro, Yang kedua ada Makam Patas Angin tidak diketahui nama aslinya konon ceritanya masyarakat daerah sini beliau mempunyai keistimewaan kalau berjalan apapun seperti Angin, jadi kalau beliau berjalan semua daun-daun diatasnya akan turun, Yang ketiga ada Makam Nyai Endang Roro Kebyur beliau adalah seoran Sinden pada era Majapahit lalu kemudian ke Makam utama Syaikh Jumadil Kubro dan ada makam Syaikh Abdul Qodir Jaelani Asy’ien yang beliau adalah seorang ulama dari China, kemudian di sekitar Masjid disana ada makam “Mbah Panjang”  yang memiliki Nama Sayid Usman atau Sunan Gunung beliau merupakan Ayahanda dari Sunan Kudus, makam tersebut bentuknya panjang bukan berarti Orangnya yang panjang ,karena jasa beliau untuk berdakwah di Majapahit terlalu lama sebagai penghormatan Makamnya dipanjangkan, itulah beberapa Makam yang ada di Sekitar Komplek makam Troloyo ini. Jadi di Troloyo ini Makam para Syeikh dan Pejabat,Patih Kerajaan Majapahit dijadikan satu tempat karena sesuai dengan ceritanya.

Penulis : Wahyu hidayat.



Komentar

Postingan Populer